Sejarah Lingkungan Santa Brigitta
Tujuan utama bagi kamu, yang bergabung dalam hidup bersama adalah untuk hidup secara harmonis dalam rumahmu, seharti dan sejiwa tertuju pada Allah."
(Regula Santo Agustinus Artikel 3 )
Santa Brigitta merupakan pemekaran dari lingkungan Santa Elisabeth. Pemekaran tersebut terjadi pada 23 Juli 2015. Jumlah anggota lingkungan pada saat itu adalah sebanyak 20 keluarga.
Pengurus lingkungan Santa Brigitta pertama sekali adalah
Ketua: : Lamhot Sitorus
Wakil Ketua : Polman Sagala
Sekretaris : Hubertus Sianturi
Bendahara : Ferdinanda br. Pane
Bendahara Sosial : Edison Sembiring
Pada periode kepengurusan selanjutnya yaitu pada 23 Juli 2016, pengurus lingkungan tersebut masih mendapatkan kepercayaan untuk melanjutkan kepengurusan sampai dengan 07 Desember 2018.
Pada tanggal 07 Desember 2018 dilaksanakan pemilihan pengurusan baru dengan pengurus terpilih:
Ketua : Lamhot Sitorus
Wakil Ketua : Putra Kanshend Batubara
Sekretaris : Bintara Tarigan
Wakil Sekretaris : Repina Manalu
Bendahara : Ferdinanda br. Pane
Seksi Keluarga : Yuni br. Tarigan
Seksi Katekese : Petrus Balan
Pada 11 Oktober 2020, Bapak Lamhot Sitorus mendapat kepercayaan sebagai Sekretaris DPP Paroki Santa Maria Ratu Rosari, Tanjung Selamat, dan posisi ketua lingkungan Santa Brigitta dipercayakan kepada Bapak Yustinus Waruwu.
Pada tanggal 26 Agustus 2023, terpilih Dewan Pengurus Lingkungan yang baru yaitu:
Ketua : Yustinus Waruwu
Sekretaris : Bintara Tarigan
Bendahara : Yuni Susisuranta br. Tarigan yang atas sebuah alasan yang dapat
diterima mengundurkan diri dan kemudian digantikan oleh Junita Deliana br. Sijabat
Seksi Liturgi : Basa Lumban Gaol, Parulian Silalahi
Seksi Sosial : Perina Gultom, Natalia Br. Brutu
Saat ini jumlah anggota lingkungan Santa Brigitta adalah 43 kepala keluarga, dengan anggota tertua adalah Ignatius Sugengno yang sekarang berumur 73 tahun, kelahiran 20 September 1950. Merdeka Tarigan, kelahiran 1945, dan yang termuda adalah putri dari Indra Siboro/br. Sitanggang, kelahiran 2024.
SANTA BRIGITTA
Brigitta dilahirkan sekitar tahun 1302 di Swedia dan termasuk keluarga ternama dan saleh. Tidak lama setelah kelahirannya, Brigitta kehilangan ibunya yang kudus. Kemudian ayahnya memutuskan untuk membesarkan dan mendidik anaknya itu dengan bantuan seorang bibinya. Sebagai seorang anak perempuan yang masih muda, dia sudah menunjukkan suatu kecenderungan yang teguh bagi hal-hal rohani. Pada umur 10 tahun Tuhan telah mengaruniakan kepadanya penampakan dari Yang Tersalib. Pikiran perihal siksaan yang tak terperikan yang harus diderita oleh Tuhan di Kalvari, mempengaruhi anak ini sedemikian dalam sampai-sampai dia mencucurkan banyak sekali air mata dan mulai saat itu Sengsara Kudus itu menjadi bahan permenungannya.
Dia ingin mempersembahkan keperawanannya kepada Tuhan, tetapi karena ingin patuh pada keinginan sang ayah, dia menikah dengan Pangeran Ulf, seorang pemuda yang kokoh dalam keutamaan dan sangat layak bagi Brigitta dalam segala hal. Keduanya menggabungkan diri dalam Ordo Ketiga supaya dapat memperkuat diri dalam karya-karya kesalehan dan laku ulah tapa. Tuhan mengaruniakan delapan orang anak kepada mereka dan Brigitta menganggap sebagai tugas yang suci untuk mendidik mereka ini dalam takut akan Allah. Dari antara karya kasihnya, sangat menonjollah pelayanannya bagi orang-orang miskin dan sakit; dia menjaga mereka dengan penuh perhatian, bahkan kadang-kadang membasuh kaki dan mencium mereka.
Dalam perjalanan pulang dari Compostela, di mana mereka mengunjungi makam Rasul St. Yakobus, Ulf jatuh sakit keras di Arras. St. Denis lalu menampakkan diri kepada Brigitta pada malam itu dan meyakinkan dia bahwa suaminya akan sembuh. Dia juga meramalkan baginya kejadian-kejadian yang akan terjadi dalam hidup mereka. Tidak lama kemudian Ulf masuk biara Cistersian di Alvastra dan di sana dia meninggal pada 1344 dalam aroma kesucian nan semerbak.
Brigitta lalu membagi-bagikan harta kekayaannya di antara anak-anaknya dan orang miskin, lalu mengenakan pakaian kasar dengan tali sebagai ikat pinggangnya. Dan seterusnya dia menjalani suatu kehidupan yang sangat keras. Dia mendirikan sebuah biara bagi suster-suster di Vadstena dan memberi mereka Anggaran Dasar St. Agustinus. Demikianlah dia mendirikan Ordo Sang Penebus. Kemudian, atas perintah Tuhan, dia pergi ke Roma dan di sana dia menjalani keutamaan-keutamaan yang tinggi mutunya.
Pada 1371 dia berziarah ke Tanah Suci seturut perintah dari Tuhan sendiri. Di sana dia memperoleh rahmat-rahmat yang luar biasa dan dianugerahkan kepadanya suatu pengetahuan perihal misteri-misteri-Nya yang kudus. Sekembalinya di Italia, dia tertimpa sakit keras, yang dia derita selama satu tahun penuh. Dia pun diberitahu lebih dahulu hari kematiannya dan beralih ke kebahagiaan kekal pada 23 Juli 1373, pada usia 71 tahun. Dia dimakamkan di biara Para Klaris yang Miskin di St. Laurensius di Panisperna. Pada tahun berikutnya jenazahnya dipindahkan ke biara Vadstena di Swedia. Berkat pengantaraannya terjadilah banyak mukjizat dan Sri Paus Bonifasius IX memberikan kanonisasi kepadanya dan dia dijadikan santa pelindung bangsa Swedia.
Ciri khas dari Santa Brigitta dalam menghadapi persoalan adalah tenang, sabar, dan percaya akan pertolongan Tuhan. Hal ini menginspirasi kita untuk senantiasa dekat dengan Tuhan melalui doa dan juga kesabaran dalam menanggung penderitaan.
Sumber keadilan bukanlah balas dendam tetapi kasih.
Santa Brigitta dari Swedia.
(Lap0ran Sekretaris lingkungan pada Misa Pesta Pelindung Lingkungan 24 juli 2024)